Dolanan Anak Sebagai Penjaga Warisan Ekologi Nusantara

Dolanan anak tradisional tidak hanya penting sebagai kekayaan budaya, tetapi juga memiliki peran strategis dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Hal ini disampaikan oleh Eko Suhendro, M.Pd., dalam refleksi akademiknya mengenai hubungan antara permainan tradisional dan ekologi Nusantara. Menurutnya, melestarikan dolanan berarti sekaligus melindungi lanskap ekologis tempat permainan tersebut lahir mulai dari sawah, sungai, kebun, hingga hutan yang menjadi ruang hidup anak-anak di masa lalu yang harus kita jaga dan lestarikan untuk generasi masa depan. Denghan permainan anak usia dini tidak hanya mampu menjaga esensi tubuh namun menjadi ruang tumbuh dan media mengembangkan diri menjadi generasi masa depan yang cinta lingkungan dan kesadaran akan melestarrikan warisan budaya bangsa

Ketika Permainan Menjadi Penjaga Alam

Dolanan anak Indonesia tidak pernah lahir di ruang hampa. Ia tumbuh bersama aliran sungai yang jernih, hamparan sawah yang terbuka, rimbun kebun dan hutan, serta ritme kehidupan agraris masyarakat Nusantara. Karena itulah, melestarikan dolanan bukan sekadar mempertahankan sebuah permainan tetapi menjaga lanskap ekologis yang memungkinkan permainan itu terjadi.

Dolanan adalah arsip ekologis yang hidup: ia menyimpan pengalaman sensoris, motorik, musikal, dan ekologis anak-anak yang tumbuh berdampingan dengan alam. Ketika permainan ini perlahan menghilang, sesungguhnya kita sedang menyaksikan hilangnya hubungan generasi muda dengan lingkungan hidupnya.

Dolanan Merupakan Ekologi Budaya yang Terjaga Melalui Permainan

Berbagai jenis dolanan tradisional tumbuh dari interaksi anak dengan lingkungan alam. Permainan seperti engrangan, benthik, damm-daman,engklek, jamuran, dan gobak sodor merepresentasikan pemahaman ekologis masyarakat terhadap ritme musim, kontur tanah, material alam, serta dinamika ruang terbuka. Elemen permainan yang memanfaatkan bambu, kayu, tanah, atau batang padi menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara kreatif dan berkelanjutan.

“Dolanan adalah ruang belajar ekologis yang lahir dari pengalaman hidup masyarakat,” ujar Eko. “Di dalamnya terdapat nilai ketahanan, keseimbangan, dan harmoni antara manusia dengan alam.”

Ancaman Ekologi dan Menyempitnya Ruang Bermain

Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi perubahan alam akibat urbanisasi, industrialisasi, dan ekspansi perkebunan monokultur menyebabkan hilangnya banyak ruang bermain alami. Lapangan desa yang dulu menjadi pusat aktivitas anak kini beralih fungsi menjadi permukiman atau area komersial. Sungai yang dahulu jernih dan aman kini banyak mengalami pencemaran. Sementara itu, deforestasi menghilangkan hutan yang pernah menjadi ruang eksplorasi dan kreativitas anak.

Kondisi ini menjadikan pelestarian dolanan tidak hanya sebagai isu kebudayaan, tetapi juga isu ekologis. Krisis permainan tradisional menunjukkan adanya krisis ruang hidup bagi anak dan generasi masa depan.

Krisis Lingkungan, Krisis Dolanan

Permainan tradisional menghilang bukan semata karena gawai, tetapi karena hilangnya ekosistem yang mendukungnya.

Ancaman ekologis yang memutus ruang bermain

  1. Perkebunan monokultur yang menggantikan hutan dan sawah
  2. Pencemaran sungai sehingga anak tak lagi mengenal air bersih
  3. Urbanisasi yang memusnahkan lapangan, tanah lapang, dan halaman
  4. Deforestasi yang menghapus sumber material permainan (kayu, bambu, daun)

Perubahan ini menyebabkan anak kehilangan ruang bergerak, kehilangan indera ekologis, dan kehilangan pengalaman sensoris yang dulu membentuk karakter generasi sebelumnya. Dolanan yang seharusnya menjadi jembatan ekologi, terputus dari ruang alami yang melahirkannya.

Dolanan sebagai Penjaga Masa Depan

Di tengah perubahan iklim dan deforestasi yang mengancam, dolanan anak menyimpan kearifan ekologis yang justru dibutuhkan generasi hari ini. Ia mengajarkan keseimbangan, gotong royong, ketangguhan fisik, dan kedekatan dengan bumi nilai yang jarang ditemukan pada permainan digital.

Melindungi dolanan berarti melindungi memori ekologis Nusantara; merawat ruang bermain berarti merawat ruang hidup. Setiap anak yang berlari di sawah, menari di bawah pohon, atau menyanyikan tembang permainan adalah penjaga kecil ekosistem Indonesia.

Anak-anak belajar tentang arah angin, tekstur tanah, rintangan alam, waktu tanam, bahkan sifat material dari tumbuhan dan kayu—tanpa disadari dan tanpa dipaksa. Dolanan adalah “sekolah ekologi” pertama dalam hidup mereka.

Dolanan sebagai Harapan Ekologi Masa Depan

Di era perubahan iklim, krisis air, dan kerusakan hutan, dolanan justru menjadi salah satu simbol ketahanan budaya yang menyimpan pengetahuan ekologis inti: hidup selaras dengan alam.

Mengapa dolanan relevan untuk agenda masa depan?

  1. Menguatkan literasi ekologis anak secara alami
  2. Mengurangi ketergantungan pada ruang digital tertutup
  3. Memperkuat kesehatan fisik dan psikis
  4. Membangun kesadaran tentang pentingnya ruang hijau
  5. Menumbuhkan generasi yang peka terhadap keberlanjutan

Melestarikan dolanan berarti melestarikan sistem kehidupan. Setiap anak yang menari, berlari, melompat, atau menyanyikan tembang tradisional, sedang merawat ingatan ekologis Nusantara.

Pelestarian Dolanan sebagai Strategi Konservasi

Melestarikan dolanan berarti menghidupkan kembali cara hidup yang menghargai ruang ekologis, bukan sekadar mengarsipkan permainan.

Tiga poros konservasi berbasis dolanan

  1. Konservasi Ruang – Mengembalikan fungsi lapangan, halaman masjid, balai desa, dan ruang terbuka.
  2. Konservasi Pengetahuan – Meneliti manuskrip klasik seperti Serat Centhini, Dolanan Bocah (1912), atau Serat Rarya Saraya (1913).
  3. Konservasi Relasi Sosial – Membiasakan kembali ritme gotong royong, kebersamaan, dan permainan kolektif.

Dolanan dapat menjadi pintu masuk pendidikan ekologi yang bersifat embodied belajar melalui tubuh, ruang, dan interaksi sosial. Anak tidak hanya “belajar tentang alam”, tetapi “belajar bersama alam”.

Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Pelestarian

Sebagai institusi pengetahuan, perguruan tinggi memiliki posisi penting dalam mendukung revitalisasi dolanan sebagai bagian dari gerakan ekologi budaya. Upaya yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Integrasi dolanan dalam pendidikan ekologis dan PAUD, melalui model pembelajaran berbasis alam dan budaya lokal.
  2. Riset manuskrip dan arsip budaya, seperti Serat Centhin Jilid 2i, Serat Dolanan Bocah, Serat Rarya Saraya , Serat Dolanan ini Klaten dan catatan etnografis lain.
  3. Pengabdian masyarakat berbasis pelestarian ruang terbuka, bekerja sama dengan desa, komunitas seni, dan penggiat budaya.
  4. Penyelenggaraan festival dan kampanye publik untuk menghidupkan kembali permainan tradisional sebagai simbol keberlanjutan budaya dan lingkungan.

“Perguruan tinggi bukan hanya pusat kajian, tetapi juga pusat gerakan budaya dan ekologi,” tegas Eko. “Pelestarian dolanan adalah bentuk kontribusi konkret dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan karakter bangsa.”

Penutup

Dolanan anak merupakan bagian penting dari warisan ekologis Nusantara. Ia menyimpan pengetahuan lokal tentang alam, ruang, dan kehidupan sosial yang telah diwariskan lintas generasi. Melestarikan dolanan berarti merawat kembali hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya. Perguruan tinggi, dengan kapasitas riset, pendidikan, dan pengabdian, memiliki tanggung jawab untuk memastikan warisan ini tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

Dolanan anak adalah jantung kebudayaan sekaligus kompas ekologis bangsa. Menjaga dolanan sama dengan menjaga hutan yang melindungi desa, sungai yang mengalirkan kehidupan, tanah yang menumbuhkan pangan, dan ruang terbuka yang membentuk karakter anak. Inilah saatnya menempatkan dolanan sebagai gerakan ekologis, bukan sekadar nostalgia budaya.