Prodi PIAUD berkolaborasi dengan mahasiswa Field Study (S2 PAI dan PIAUD) menyelenggarakan Webinar series. Seri #1 bertema: “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” Jadi Inspirasi Pembentukan Generasi Berakhlak
Yogyakarta — Upaya membangun karakter Islami anak sejak dini kembali menjadi sorotan dalam kegiatan webinar bertajuk “Fondasi Pendidikan Karakter Islami Sejak Dini melalui 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” yang digelar oleh mahasiswa Field Study Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) dan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jumat (10/10/2025) malam.
Webinar yang berlangsung secara daring melalui platform Zoom ini menghadirkan dua pembicara muda, Nelly Setia Wati, S.Pd. dan Eka Putri Sulistia Hutabarat, S.Pd., dengan Khairul Abdillah Harahap, S.Pd. sebagai moderator. Kegiatan ini menjadi bagian dari program Field Study yang dirancang untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang penerapan nilai-nilai Islam dalam dunia pendidikan anak usia dini.
Menanamkan Adab Sejak Usia Emas
Dalam sambutannya, Sekretaris Program Studi PIAUD UIN Sunan Kalijaga, Dr. Hafidh Aziz, M.Pd.I., menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa Magister PAI yang telah melaksanakan Field Study secara kolaboratif dengan Prodi PIAUD. Ia menekankan bahwa pembentukan karakter dan adab harus dimulai sejak masa usia dini, sebagaimana akhlak Rasulullah SAW yang menjadi teladan utama bagi umat Islam.
“Pendidikan anak usia dini bukan sekadar mengajarkan pengetahuan, melainkan menanamkan nilai dan membentuk kebiasaan yang berakar pada adab dan akhlak mulia,” ujar Hafidh dalam sambutannya. Ia juga mengaitkan nilai-nilai tersebut dengan konsep “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” yang dianggap mampu menjadi pondasi karakter Islami bagi generasi muda.
Menurutnya, kegiatan akademik seperti webinar ini bukan hanya sarana berbagi ilmu, tetapi juga wadah untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya integrasi antara nilai keislaman dan praktik pendidikan modern. “Mahasiswa harus mampu melihat bagaimana nilai-nilai Islam bisa diterjemahkan dalam strategi pendidikan yang kontekstual, menyentuh hati anak, dan relevan dengan tantangan zaman,” tambahnya.
Strategi Membangun Karakter Islami
Para narasumber dalam webinar memaparkan bahwa masa golden age atau usia emas merupakan fase paling menentukan dalam membentuk dasar kepribadian, moral, dan spiritual anak. Pada tahap ini, anak-anak memiliki daya serap tinggi terhadap perilaku dan kebiasaan di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter Islami harus dilakukan secara sadar, sistematis, dan penuh keteladanan.
Nelly Setia Wati menjelaskan bahwa ada lima strategi utama dalam membangun fondasi pendidikan karakter Islami. Pertama, keteladanan (uswatun hasanah), di mana anak meniru perilaku positif dari orang tua dan guru. Kedua, pembiasaan, yaitu pengulangan tindakan bernilai seperti berdoa, mengucap salam, dan berbagi. Ketiga, pengalaman langsung (learning by doing) agar anak dapat merasakan makna moral dari perbuatan baik. Keempat, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, yang memastikan nilai-nilai Islam diterapkan secara konsisten di berbagai lingkungan anak. Kelima, spiritualitas, yakni menanamkan kesadaran iman dan rasa cinta kepada Allah SWT agar perilaku baik tumbuh dari hati, bukan karena paksaan.
Eka Putri Sulistia menambahkan bahwa pendekatan ini tidak hanya relevan untuk lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa diterapkan dalam kehidupan keluarga. “Pendidikan karakter Islami harus hidup di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Ketiganya menjadi ekosistem yang saling menguatkan,” ujarnya.
Menyiapkan Generasi Muslim Unggul
Webinar ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan praktisi pendidikan anak usia dini. Diskusi berjalan interaktif dengan berbagai pertanyaan seputar penerapan nilai Islam dalam konteks perkembangan anak modern yang kian akrab dengan teknologi dan media digital.
Melalui kegiatan ini, para peserta diajak untuk melihat kembali urgensi membangun karakter Islami sebagai dasar pembentukan generasi masa depan. Pendidikan karakter tidak cukup diajarkan secara verbal, tetapi harus diteladankan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa membangun generasi Muslim unggul tidak hanya memerlukan kecerdasan intelektual, tetapi juga keteguhan iman dan akhlak. Seperti ditegaskan dalam penutupan webinar, karakter Islami yang ditanamkan sejak dini akan menjadi kompas moral bagi anak dalam menavigasi kehidupan di tengah arus perubahan zaman.
Ditulis oleh: Ilham Hardianto Mahasiswa MPAI UINSUKA